Cerita Sore Ini

Pernah nggak sih kalian ngerasa capek dalam hidup ini? Capek hati, capek pikiran, capek fisik? Dalam waktu yang bersamaan? Kira2 begitulah yang akan jadi pembahasan disini dalam beberapa paragraf ke depan. Pengennya sih nyampah di sosmed ato teriak2 di dunia nyata, cuma ya.. karena usia udah mau kepala 3 (wait, what??) jadi regulasi emosinya harus udah lebih baik dan gak alay. Jadi ngeblog aja lah ya. Lumayan kan bisa release yang nggak enak di hati hari ini.

It all started with…. kemaren malem nggak bisa tidur karena keadaan fisik yang lagi ga enak. Plus nggak ada suami. Jadinya bangun pagi rada ga enak juga badannya. Di dalam perjalanan ke kantor, standar aja sih, malah jalanan lancar banget sampe ke kantornya jadi pagi banget. Kemudian galau karena udah kurang dari sebulan lagi ninggalin kebiasaan selama 5 tahun berkantor disini dan harus menyesuaikan diri dengan kantor baru di bulan depan. Mana belum lancar nyetir pula.. Bikin ngerasa nggak mampu aja (ihik..). Trus setelah galau2, di kantor kena omel karena salah ngirim laporan. Semakin nggak enak lah perasaan ini. Abis itu wa suami nyebelin (eh?). Jadilah sayaaa uring2an seharian dan ngeluarin uneg2 disini. Pengennya pulang kantor nanti ada yang ngehibur gitu ya, tapi tetep harus menghadapi kenyataan kalau aku pulang ke rumah sendirian. Begitu pula besoknya, dan besoknya, dan besoknya lagi.

Sebenernya udah lama ngerasa pedih sama dunia LDR ini, tapi apalah daya seorang manusia kecil ini kalau Tuhan berkehendak seperti itu. Pengen rasanya tinggal deket sama suami, pergi-pulang kantor bareng tiap hari. Nggak baper kalo liat temen2 kantor dijemputin pulang kantor ama suami masing2 (T_T). Tapi sekali lagi harus tetap berpegang pada Tuhan karena rencanaNya lebih indah dari apapun dalam hidup ini. Aku percaya, aku diberikan kesempatan untuk tinggal jauh dari suami di awal2 pernikahan ini untuk suatu tujuan, yang entah berapa tahun ke depan nanti baru bisa aku tahu apa rahasiaNya untukku dan suami.

So, buat yang mau nikah, siapin diri kalian lebih lagi setiap harinya, khususnya siapin mental kalian, karena menikah bukan persoalan gampang. Bukan pesta, bukan baju yang indah, bukan honeymoon semata. Tapi pernikahan adalah komitmen seumur hidup untuk bisa saling melayani dan menghargai antara suami dan istri. Untuk yang udah menikah, keep strong and always remember your promise to God and your vow to each other.

How To Contact ME

Hallo,

Ini blog udah lama ditinggalkan tapi masih lumayan banyak yang baca soal si cowok cuek ya ternyata. Untuk yang mau curhat panjang via email bisa ke diankristianhutagalung@yahoo.co.id ya, pasti dibalas deh dijamin hehe.

Another way to contact me:

Facebook: Dian Kristian Hutagalung

IG: @diankristianhutagalung

Anything convenience aja ya. Looking forward for your love stories! ❤

 

 

Seberapa Perlu Mengunggah Foto Pasangan di Media Sosial?

Di era digital saat ini, media sosial udah menjadi separuh hidupnya masyarakat perkotaan, khususnya Jakarta, tempat saya hidup selama ini. Dengan berkembangnya media sosial berdampak pada interaksi sosial secara langsung jadi berkurang karena semua teman, kolega, keluarga, bahkan pasangan sudah bisa dihubungi dalam satu pesan dalam genggaman smartphone/gadget. Apa dampaknya pada hubungan dengan pasangan? Untuk yang LDR sih pasti adanya sosmed ngebantu banget untuk tau kegiatan sehari2 pasangan yang nun jauh disana apa aja. Lalu kalau untuk pasangan yang tidak menjalani LDR? Apakah sosmed memberi pengaruh positif atau negatif terhadap hubungan?

Berangkat dari pengalaman pribadi saya dan suami, agaknya si sosmed ini lebih memberi manfaat untuk kami masing2, tapi nggak bermanfaat untuk kami berdua secara hubungan. Jadi gini maksudnya. Saya ngerasa sosmed itu memberikan keuntungan untuk diri saya sendiri karena saya bisa posting pikiran2 saya tentang suatu topik tertentu, bisa posting foto2 saya dengan keluarga, foto2 makanan, dan tentu saja foto selfie (ehem..). Tapi, si sosmed ini nggak terlalu berguna untuk hubungan saya dengan suami. Contohnya, saya post foto / artikel tempat makan yg saya ingin kunjungi dengan suami, lalu nge-tag dia disitu. Setelah itu pas ketemu sama suami, udah lupa deh soal yg tadi saya tag dan suami juga nggak ngeh kalo saya ngetag dia. Akhirnya postingan itu jadi nggak ada gunanya dan menuh2in wall sosmed saya doang. Kenapa bisa seperti itu? karena suami dan saya memakai sosmed untuk sekedar melepas penat dengan baca2 hal yang menurut kami masing2 menarik, bukan sebagai sarana komunikasi untuk memperkuat hubungan. Kami masih menganut paham bahwa kata2 dan komunikasi langsung akan jauh lebih bermakna dibandingan sekedar #kode di status sosmed.

Trus kalau soal update foto pasangan gimana? perlukah? perlu nggak perlu tergantung orangnya. Tapi kalau saya menilainya bahwa jika kita sayang sama seseorang, naturally kita pengen kasih tau ke semua orang kalo kita sayang dia. personally menurut aku, posting foto pasangan di sosmed itu sebagai salah satu act of love (tindakan cinta). Dengan post foto pasangan, saya pribadi merasa bisa memberi tahu pada seluruh dunia kalau He is mine, and forever will be mine. I love him and proud to be with him, makanya dipajanglah fotonya di sosmed saya. Tapiiii… saya tegaskan ya, act of love itu bukan cuma posting foto pasangan aja. Masih banyaaakk lagi dan ga mungkin dijabarin satu2 disini. Nah, itu kan menurut saya. Sementara apakah suami saya juga melakukan hal yang sama? jawabnya: TIDAK. dari jaman pacaran sampe nikah hampir 2 tahun ini, paling foto saya yang ada di wall sosmednya itu foto pas nikah yg ditag ke dia. Dia secara personal nggak pernah unggah foto saya di wall nya dan kasih caption2 romantis ato apa. kenapa? 1. kerjaannya. Banyak kolega yang temenan sama dia di sosmed dan rasanya gimanaa gitu kalo posting2 kehidupan pribadi disana. 2. Dia bukan tipe orang seperti itu. memang belakangan saya semakin sadar kalau nggak semua orang suka (dan bisa) menunjukkan emosi dan perasaannya secara bebas lewat tulisan di sosmed. Dan suami saya termasuk tipe yang ini. kalau ada uneg2 atau mau bilang sesuatu ya ngomong langsung aja. nggak pake2 #kode dan kawan2nya. 3. Dia nggak suka umbar2 masalah pribadi kemana2. Kalopun ada masalah diantara saya dan suami, itu akan jadi permasalahan kami berdua yang akan diselesaikan oleh kami berdua saja. Itu sudah cukup.

Nah, apakah perbedaan ini membuat saya dan suami jadi bertengkar? Seringnya sih saya yang ngedumel sendiri, “kenapa sih ga pernah posting foto gueee di sosmed..” tapi ya balik lagi. Apakah hal itu penting dipermasalahkan? Apakah dengan ga posting foto pasangan artinya dia nggak cinta sama saya? Ya nggak gitu juga kan. Another thing is, saya selalu menanamkan ke dalam pikiran saya bahwa laki2 itu bukan mind reader. Dikasih clue dan sejuta #kode juga sulit untuk seorang laki2 mengerti maksud pasangannya. Yang paling gampang adalah tinggal ngomong aja langsung. Kalau memang kamu yang baca ini pengeen banget pasangannya posting fotomu, ya ngomong aja dengan jelas. Percuma kalo pake #kode doang, ntar malah kamunya yang manyun gara2 ga dianggep tuh si #kode (pengalaman pribadi hahaa..)

Intinya sih, namanya media sosial digunakan untuk bersosialisasi dengan orang2 yang mungkin jauh secara jarak untuk saling bertukar kabar, jadi jangan sampai lupakan interaksi sosial dengan orang2 yang dekat dengan kita.

 

 

Tentang Perselingkuhan (lagi)

Yep. Lagi.

Di beberapa post yang lalu saya pernah membahas tentang selingkuh dengan suami orang. Tulisan itu dibuat berdasarkan curhatan anonim yang masuk ke email saya. Dan dengan tegas saya bilang disini bahwa saya MENOLAK segala tindakan perselingkuhan dalam bentuk apapun dengan alasan apapun. kali ini saya mau menulis lagi tentang masalah ini karena belakangan juga lagi banyak beredar hosipp (*bahasa akun gosip di Instagram) tentang artis yang seorang janda, selingkuh dengan artis yang sudah beristri. But I’m not gonna do gossips in here, hanya ingin menuangkan pendapat saya disini.

Seharian diganggu terus dengan pikiran, “why do someone cheat or decide to have an affair?”.

  1. Dasar komitmen yang kurang kuat dengan pasangan saat ini. Jadi dalam pernikahan yang punya komitmen nggak kuat (misalnya: menikah hanya untuk menyenangkan orangtua, menikah untuk mendapatkan sesuatu dari pernikahan tsb dsb) saat pasangan dihadang persoalan, salah satu pihak jadi gampang nyerah. Ah, udahlah.. gw nikah sama dia kan karena orangtua doang, boleh lah gw nyari2 yang lain selain dia, yang penting orangtua tau gw nikahnya sama dia. HELLOO… ya kali nikah segitu gampangnya.
  2. Memiliki ekspektasi yang terlalu banyak terhadap pasangan setelah menikah. jadi kalau pas masih pacaran mesra2 tiap hari, trus pas nikah berharap jadi mesra terus setiap hari. Mintanya dikirimin bunga tiap hari (ya kali lakinya kerja di Florist??). Atau justru pas pacaran cuek, berharap pas nikah dia berubah jadi nggak cuek, dan ternyata sama aja dianya. Nah, pas nggak meet expectation inilah orang jadi bertanya2 pada dirinya sendiri. Kok laki gw gitu sih? kok nggak kayak yang gw pengenin sih? udah ah liat2 laki yang lain aja..
  3. Kesempatan. Yap. Tindakan kejahatan apapun nggak akan kejadian kalo nggak ada kesempatan. Misalnya, ada anak baru di kantor yang sering ketemu dan sering ngobrol karena dia butuh banget diajarin ini itu di kantor, eh.. lama2 belajarnya jadi lanjut sampe keluar kantor deh. Jadi nggak inget istri nungguin di rumah dan pengennya nyembunyiin itu cincin di jari manis. Hadeh.. (just thinking and writing about this make me feel sick)

Buat saya, nggak ada sesuatu yang terjadi karena kebetulan. Dengan siapapun anda menikah saat ini, itu bukan suatu kebetulan yang terjadi begitu saja. God has plan for every single person in this earth. Mungkin ada yang saat ini lagi berada dalam situasi yang sangaaatt memungkinkan untuk memulai sebuah perselingkuhan, atau yang saat ini sedang menyerah untuk mencintai pasangan, I would like to remind you one thing. Ingat janji waktu kalian saling menyematkan cincin di jari manis pasangan, di depan Tuhan. Kalian berjanji di depan Yang Mahakuasa untuk saling mencintai sampai maut memisahkan. Dan sekarang? Ingatlah waktu susah2nya nyiapin pernikahan. Ingat janji kalian pada seluruh keluarga. Apa semua itu harus hancur berantakan karena anda sendiri?

Ya oke. mungkin banyak yang beralasan “udah nggak kuat”, “ada perbedaan prinsip yang tidak bisa disatukan” ya memang itulah pernikahan! pasti ada perbedaan, pasti ada masalah, pasti ada air mata, pasti ada marah. justru dalam setiap persoalan inilah pasangan belajar untuk saling mengerti, menghargai setiap perbedaan, dan seharusnya membuat pasangan semakin kuat. But I don’t know what you all had been through. Saya nggak tau permasalahannya seperti apa, tapi saya tetap pada prinsip menolak perselingkuhan. Gimana kamu bisa menatap mata pasanganmu sehabis ketemu sama selingkuhanmu? Apa kamu bisa terus2an hidup dalam sebuah kebohongan? Tuhan tidak pernah tidur. Kamu mungkin bisa bohong sama pasanganmu, tapi nggak bisa membohongi Tuhan. You’ll reap what you sow, my friend.. So be careful with everything you do..

 

Dalam Masa Penantian sang anugerah kecil

Hellooooooww….. (is it me you looking for..)

Haaha. Jadul. Oke, sebelum mulai, I warn you something. This is not a desperate post. I wrote this as my own experience in waiting for my little miracle, as to inspire and encourage people who also felt the same like I am now feeling. Tulisan ini bukan untuk marah2, mengumpat, atau menyampah. Tapi saya hanya ingin ngasih tau orang2 yang sedang mengalami hal yang sama dengan saya, bahwa kalian nggak sendirian.

 

As I enter my first year in marriage life, many things changed in me. Khususnya dalam perkembangan emosional ya. Lebih khususnya lagi dalam menghadapi pertanyaan “udah isi belom?” (yang ada di post saya sebelumnya). Now I am in the phase where I can actually smile and let the people who ask ashamed and not saying any further words. Haha!. Sekali2 perlu juga ngasih tau orang2 kalo ini perkara personal dan nggak usah lah kepo2 amat. Toh kalo beneran iya hamil masa nggak dikasih tau sih? Yang nunggu tuh bukan cuma kalian, tapi kami ini juga lagi nunggu. Jadi tolong lah beri kami sedikit privasi untuk nggak harus selalu ngomongin tentang hal sensitif seperti itu.

 

Itu kalo dealing sama orang lain. Nah sekarang gimana caranya dealing sama diri sendiri? Ini yang rada tricky. Setahun pertama ini, tiap bulannya nggak pernah absen ngecek, playing the waiting game, dan akhirnya selalu ended up in tears. SELALU. Nggak pernah nggak. Sampai pada suatu saat, saya marah, saya nangis, saya meraung2 di hadapan Tuhan. Rasanya kok Tuhan nggak adil ya, begitu banyak bayi2 diaborsi, tapi kenapa saya belum bisa merasakan punya bayi dari rahim ini? Apa salah saya, Tuhan? Apa Tuhan nggak sayang sama saya? Apa Tuhan nggak mau memberkati saya? Apa Tuhan nggak mau memberkati keluarga saya? Akhirnya saya hanya bisa berserah pada Tuhan. Lalu kemudian Tuhan memberikan pengertian pada saya. Nggak semua orang dikasih pengalaman seperti ini. Seharusnya saya, yg diberikan pengalaman ini, menjadi orang yang lebih kuat dibandingkan yang tidak diberi pengalaman seperti ini. Dan sebagai orang yang lebih kuat, sudah seharusnya saya membantu orang2 yang sedang lemah lainnya. Tuhan sudah menganugerahkan saya dengan kemampuan menulis yang cukup, dan Tuhan ingin saya memberkati orang lain dengan tulisan saya. Sebenarnya mungkin post ini hanya memberikan dampak yang kecil bagi dunia, tapi lebih baik berdampak daripada tidak sama sekali. Iya kan?

Jujur saja sekarang saya merasa jadi lebih dekat dengan Tuhan sekarang dibandingkan setahun yang lalu. Emang sih manusia itu maunya nyari Tuhan kalo lagi butuh atau lagi ada maunya, tapi saya sangat berusahaaa sekalii untuk nggak begitu. Karena Tuhan hadir bukan hanya dalam masa2 sulit, tapi juga masa2 bahagia kita. Dan rasanya semakin saya dekat dengan Tuhan, semakin saya nggak mau kehendak saya yang terjadi. Sering saya berpikir “ah mungkin nanti dikasihnya pas anniversary” atau “ mungkin bulan ini dikasih” dsb.  Ini seperti membatasi kuasa Tuhan dan membuat keinginan Tuhan jadi keinginan saya, bukan malah sebaliknya. Dan akhirnya saya capek sendiri menerka2. Kemudian saya memutuskan untuk tidak lagi ikut campur sama urusan Tuhan. It’s all in HIS hand. Kapanpun Dia mau kasih, saya harus sudah siap. Dan sementara ini saat belum dikasih, ya persiapkanlah diri sebaik2nya. Misalnya dengan menabung, juga dengan memulai hidup yang lebih sehat. Karena memiliki anak bukanlah sebuah perlombaan. Siapa yang nikah duluan haruslah hamil lebih dulu. Ini sungguhlah anggapan yang nggak baik. Masa mau me-nyetting Tuhan bahwa abis nikah harus hamil, punya anak dalam 2 tahun pertama pernikahan. Tuhan saya bukan Tuhan yang nggak kreatif! Jalan cerita masing2 anakNya berbeda dan semua diciptakan dengan tujuan yang berbeda2 juga. Jadi nggak bisa Tuhan itu “disuruh” mengikuti keinginan manusia.

 

Jadi kalau saat ini ada teman2 yang pernah merasakan yang saya rasakan, it’s OK to be sad or angry. Tapi setelah itu harus tetap bangkit dan percaya terus bahwa Tuhan nggak meninggalkan kita. Everything happens for HIS reason. Mungkin sekarang saya ngepost ini, lalu 3 tahun lagi melihat post ini sambil gendong my little miracle? Siapa yang tahu?

 

Please email me at diankristianhutagalung@yahoo.co.id for further sharing yaa.. pengen banget cerita2 sama yang sedang sama2 dalam masa penantian ❤

 

What is LOVE ?

Hello!

Menjelang empat belas Februari yang dibilang hari kasih sayang (and also my 1st wedding anniversary!!) jadi pengen nulis pendapat saya tentang cinta. sebenernya pemikiran ini muncul karena seorang teman yang baru aja berpindah keyakinan dan menikah. Plus di infotainmen lagi liat pasangan muda yang baru nikah, si cowok bilang gini “job desc saya adalah untuk membahagiakan dia (pasangannya)”. jadi berpikir, apa maknanya cinta itu dan apa aja yang sudah diperbuat cinta itu kepada kita?

Emang sih, saya baru (hampir) setahun ini berumah tangga dan masih belajar banget soal mencintai pasangan saya, tapi kurang lebihnya banyak belajar juga dari pengalaman orag lain tentang proses cinta-mencintai.

Untuk saya, mencintai itu adalah:

  • Menerima pasanganmu apa adanya. ini quote klasik yang berkali2 diulang-ulang kalau lagi ngomongin cinta. sebenarnya apa adanya itu apa sih? menurut saya, apa adanya itu adalah menerima dia saat ini sepenuhnya. The whole him/her. menerima kalau dia saat ini ga bisa masak, dia belum bisa beliin rumah, dia masih suka marah2, dia suka naruh handuk basah sembarangan meski udah dibilangin berkalikalikaliiiii (*curcol), dsbnya. terima dia dengan semua keunikannya yang nggak dimiliki orang lain. terima semua tingkah lakunya yang masih kekanakan, atau bahkan pemikirannya terlalu ‘orangtua’ banget alias kolot. Dia yang sekarang adalah dia seutuhnya. dan tugas kita semua sebagai pasangan adalah membawa dia yang sekarang (now) ke arah dia yang nanti (then) yang adalah versi upgrade nya. Pelan2 beritahu dia hal2 kecil yang simpel untuk dilakukan untuk membaawa dia ke versi yg lebih baik. Dampingi dia untuk berhenti merokok misalnya. atau beri dia contoh anger management yang baik. pokoknya, to love him/her is to make him/her to accomplish the best in our life together.
  • Mencintai keluarganya seperti keluargamu sendiri. Naahhh ini dia. kalo udah nikah tuh nggak bisa jauh2 dari keluarga, apalagi orangtua. Banyak kasus2 perpecahan dalam rumah tangga diakibatkan dari ketidakharmonisan dengan mertua. Sejujurnya saya nggak bisa berbicara lebih jauh soal ini karena mertua kandung udah nggak ada, tapi saya tetap bersikap hormat kepada pengganti mertua saya. kadang muncul pertanyaan, “duh, mencintai dia aja udah ribet apalagi mencintai seluruh keluarganya??”. nggak tuh, namanya mencintai nggak ada unsur dipaksa. kalau kamu bener mencintai pasanganmu, otomatis kamu akan mencintai juga keluarganya dan menganggap keluarganya adalah keluargamu juga.
  • Bertumbuh bersama dalam iman kepada Tuhan. saya nggak merefer kepada agama apapun disini, tapi yang saya pelajari dalam keluarga Kristen adalah setiap pasangan harus saling bertumbuh dalam iman, bukan hanya satu pihak saja. Contohnya beribadah bersama2, berdoa bersama. Apa hubungannya dengan cinta? Pribadi yang pertama mengajarkan kita tentang cinta adalah Tuhan. Dia mengasihi kita sejak lahir, menjagai kita sampai kita besar, melindungi dari bahaya, menopang saat kita berduka. semua itu adalah bukti cintaNya. jadi karena Dia yang mengajarkan kita mencintai, maka kita juga harus mencintai sesama kita, terlebih lagi pasangan kita. tapi nggak hanya sampai disitu, kita juga harus bisa membawa pasangan kita untuk mencintai Tuhan. bukannya malah membawa pasangan menjauh dari Tuhan.

Kemudian terpikir di benak saya, apa saja pengaruh cinta ini terhadap kehidupan saya, atau kehidupan manusia di dunia?

  • Cinta membuat kita melakukan hal2 diluar apa yang selama ini kita mampu pikirkan. pernah denger kan cerita2 tentang orang yang rela membuat bangunan2 indah untuk orang yang dicintainya? kalau untuk saya pribadi sih, karena cinta, saya pernah nekad pergi keluar kota Jakarta ini naik bis AKAP seorang diri demi ketemu pacar (yang sekarang namanya jadi suami) karena dia waktu itu lagi sakit, dan ijin ke kantor kalo yg sakit saya (hahaa jangan ditiruu ya). kenapa disebut nekad? karena saya ini orang yang semua hal maunya disiapin banget. kalo mau pergi ke suatu tempat harus dipersiapin dari A-Z dulu apalagi kalo nggak pernah pergi kesitu sebelumnya. nggak akan mau pergi kalo nggak ada persiapan. eh ini bisa tiba2 mau berangkat besok sendirian padahal gatau mau turun dimana, naik apa dsb. eh ternyata bisa juga dong sampe dengan selamaat sampe sekarang mau setahun nikah sama si doi (uhuuy).
  • Cinta membuat orang mengerti bahwa mencintai itu tidak harus selalu memiliki. Memang cinta itu indentik dengan memiliki, kalau kita suka sebuah barang, pasti akan kita beli dan miliki barang itu. Tapi kalau untuk perasaan nggak segampang itu. banyak kasus cinta yang nggak berjalan mulus karena ditentang orangtua, perbedaan suku/agama, dsb. ada yang nekad lanjutin hubungan, ada juga yang akhirnya melepas pasangannya pergi untuk bertemu cinta yang lebih baik. Saya sangat salut pada orang2 yang rela melepaskan pasangannya karena hal ini. orang2 ini  bukannya lemah dan nggak mau berjuang untuk cintanya, tapi justru adalah orang2 kuat yang berbesar hati merelakan cinta mereka pergi menemukan yang lebih baik. Khususnya untuk perbedaan keyakinan, sesakit apapun rasanya saat meninggalkannya, saya percaya bahwa itu adalah keputusan yang benar. Tuhan nggak akan memberikan kita kesakitan terus2an kok, someday pasti ada cinta lain yang datang dan pastinya jauuuhh lebih baik untuk kita.
  • Cinta membuat seseorang mampu memaafkan, sesakit apapun itu. saya pernah dengar curhatan orang2 hebat yang bisa memaafkan pasangannya meskipun pasangannya itu pernah berselingkuh. For me, cheating is the biggest sin in a marriage. meskipun nggak pernah ngerasain (amitamiiiitt jangan sampee) tapi saya bisa ngebayangin rasanya gimana. toh diselingkuhin pacar aja rasanya udah mau mati (lebay) apalagi diselingkuhin suami/istri? tapi memang begitu besar kekuatan cinta yg Tuhan kasih untuk kita, sehingga akhirnya bisa membuat seseorang memaafkan pasangannya. untuk yang ini, tolong banget jangan sampe ada dong dalam pernikahan (ngomong ke yang masih muda2 seperti saya). Toh kita ini nikah dengan pilihan hati masing2, ya dipertanggung jawabkan lah sampai mati kelak. jangan main ditinggal2 aja. huhuu..

 

oke oke, sepertinya cukup pembahasan kali ini. kalau ada pertanyaan atau curhat2 bisa langsung email ke diankristianhutagalung@yahoo.co.id yaa, soalnya kalo komen di blog suka rada lama bacanya.

 

Thank youuu

Curhat (Terpaksa)

Iya. Terpaksa harus ditulis disini, setelah beberapa waktu ini memendam sendiri dan mulai kesal dengan keadaan sekitar yang nggak ngerti2 perasaan kita iniii. Baiklah, sebenernya apa yang mau saya bahas disini? Pembahasan dalam curhat berikut ini adalah tentang pertanyaan “UDAH ISI APA BELUM?”

Entah udah berapa kali pertanyaan tersebut mampir ke telinga ini. Entah ke saya sendiri, entah ke suami, entah ke kami berdua, yang kebanyakan cuma dijawab “doain aja” sambil senyum kecut. Sebenarnya ada makna apa dibalik pertanyaan ini?

Berdasarkan hasil pengamatan saya, pertanyaan ini adalah sebuah pertanyaan WAJIB setiap ketemu pasangan yang baru nikah less than a year. Mau pertemuan kedua kek, ketiga kek, ke sepuluh ribu kek, udah pasti ditanyain deh pokoknya. Dan nggak cuma 1 ini pertanyaannya. Yang lain2 pun ikutan semacam “oh, belum ya? Udah coba ini-itu (menyebutkan pengobatan ini itu yang entahlah apa perlu disebutkan mengingat sebenernya dia juga bukan sales obat itu)”. Biasanya kalo kayak gini, the best thing to do adalah menghindar atau bahasa kerennya kabur dari situ dan menjauh dari si penanya. Takutnya kalo yg nanya itu orang yang lebih tua, kitanya jadi kurang ajar kalo ngejawab yang aneh2, jadi daripada bikin dosa mendingan jawab sesimpel mungkin dan kabur secepat mungkin. Ya nggak?

Kalau ditanya, pasangan suami istri mana yang nggak kepengen punya keturunan? (ya, maybe there’s some people, but mostly Indonesian will want kids, I think). Tapi perlu digaris bawahi bahwa punya keturunan itu adalah ANUGERAH dari TUHAN, yang bisa didapat HANYA atas IZIN TUHAN. Kenapa? Karena DIA adalah pencipta manusia. Bagaimana mungkin 2 orang manusia bisa menciptakan sendiri manusia lain tanpa ijin sang PENCIPTA? Apa hak kita untuk memaksa Dia memberikan sesuatu yang kita inginkan?

Saya udah pernah dengar kisah2 tentang orang yang udah jungkir balik di dunia Trying to Conceive thing dan ga berhasil2, lalu  pada saat dia menyerah dan berhenti berusaha, malah Tuhan sendiri yang kasih anugerah itu. Intinya adalah jangan bersandar pada pengertianmu sendiri, hai manusia2 yang kecil dan lemah. Percayalah kepada Tuhan yang menciptakanmu. Kalau Dia berkehendak untuk kamu punya keturunan, maka kamu akan punya, in His time, just believe in Him..

Semakin kesini, saya semakin belajar bahwa hamil dan punya anak adalah hal yang sama sekali tidak mudah. Tanggung jawab yang mengikutinya itu sangatlah besar. Bayangkan saja, ada tanggung jawab untuk membesarkan dan mendidik seorang manusia yang dari nggak tahu apa2, nantinya akan jadi tahu banyak hal, dan semua kepribadiannya, pengalaman2 hidupnya, ditentukan oleh tangan kita, yang nantinya dipanggil sebagai orangtua. Apa kita sudah sanggup untuk bisa mendidiknya dengan baik? Sudah sanggup menyingkirkan keegoisan dan meletakkan anak-anak dan keluarga kita diatas segala hal yang tadinya menyenangkan hati kita? Mungkin masih ada yang harus kita pelajari sebelum akhirnya Tuhan memberikan anugerah itu. I don’t know.

Kembali ke masalah ditanya2in terus. Satu hal yang ingin saya katakan adalah, “I will let the world know, whether I’m pregnant or not” so just stop asking, please. Dan seharusnya ini bukan sesuatu yang wajib saya utarakan kemana-mana karena ini menyangkut masalah pribadi saya, tapi kenapa orang2 begitu ingin tahu? Pernahkan Anda yang selalu bertanya ini memikirkan apa yang sebenarnya saya selalu pikirkan dan rasakan? Kalau benar2 mau tahu, begini yang ada di pikiran saya:

  • Am I capable enough to be a parent?
  • Am I having sufficient resources to raise children?
  • Am I able to have children? Or is there something wrong inside my body?
  • Am I going to raise good children or not?
  • Etc

Dan saya sebenarnya adalah orang yang mikirin banget apa kata orang. Makanya suka sebel berlebihan kalo ditanyain terus. Jadi mulai sekarang, sebelum  nanya2 pertanyaan diatas sama orang, pikirin dulu kalau kamu ada di posisi dia. Apa kamu nyaman ditanya terus seperti itu?

Postingan ini murni adalah pendapat saya pribadi. Syukur2 kalo bisa memberkati orang lain. Tapi kalo ada yang tersinggung ya mohon maaf. Mungkin sekarang harus berubah. Jangan nanya2 persoalan gini untuk nyari pembuka obrolan. Mungkin ada hal lain yang lebih positif selain pertanyaan spt ini.

Media Curhat Online

Hello readers,

belakangan masih banyak aja yang mau curhat ttg cowok cuek. mengingat kejadian pas aku nulis tentang itu adalah di tahun 2009. wew udah 6 tahun yang lalu aja. oke, kebanyakan sih curhatnya via email, tapi banyak juga yang minta curhat via BBM, whatsapp atau Line. sementara aku sendiri kurang nyaman kalo ngobrol via socmed gitu. kan ceritanya sepotong2, nggak cerita banyak kayak di email. cuma mungkin anak jaman sekarang lebih sering buka socmed daripada email kali ya, jadinya ngerasa susah cerita lewat email. Tapi berhubung aku ingin lebih menjangkau anak2 muda yang mau curhat masalah dunia percintaan, jadinya pengen buka 1 account khusus curhat. enaknya dimana ya? chat via Facebook? coba hubungin aku di facebook ‘Dian Kristian Hutagalung’ ya. kalau Tuhan mengijinkan, nanti akan ada portal curhat yang lebih oke. semuanya masih dikonsep dulu.

Happy curhaatt! ❤

Mau curhat?

Hello all.

Mengingat banyaknya anak muda galau yang mencari tempat curhat sekarang ini, kalau mau curhat sama aku boleh loh.

email ke diankristianhutagalung@yahoo.co.id

twitter @diankristian

ask fm DianKristianHutagalung

feel free to share your story yaah

Thanks

Untuk yang sudah Move On (or still Moving On)

Hellooo!

Ada apa dengan move on? Yap! recently I got Facebook Wedding Invitation from my Ex. lalu keinget, eh, 3 orang mantan udah pada nikah semua loh. yang satu udah punya anak, yang satu istrinya lagi hamil, dan yang satu lagi ngundang untuk dateng ke nikahannya. waw.. setelah dilihat2, udah tua juga ya guee (salah fokus).

Nah, dari melihat2 ke belakang itulah, saya sepenuhnya menyadari bahwa Tuhan yang benar2 tahu apa yang terbaik untuk kita. kalau melihat saya sekarang udah bahagia dengan pasangan hidup saya (my hubbyyyyy) pastinya sangat bersyukur kalau kami dipertemukan setelah melewati berbagai ‘mantan’. saya ingat dulu gimana waktu baru putus. sempat bilang sama Tuhan “kenapa?” padahal sepertinya dia baik untukku, dia ini dan itu. ternyata, pada akhirnya Tuhan mempertemukan aku dengan orang yang sekarang jadi suamiku. sebenernya wajar kalau sedih2 abis putus dan wondering why ke Tuhan. tapi percayalah suatu hari nanti, kamu akan tahu kenapa kamu dipisahkan dengan si mantan.

Yang saya pelajari sejauh ini ya, putus dari mantan membuat kita belajar tentang dengan orang seperti apa kita cocok dan ingin menghabiskan hidup bersamanya. kenapa bisa bilang gini? ini buktinya:

1. mantan nomer 1 => seumuran. emang sih kalo ngobrol nyambung banget, tapi dalam hati bilang kayaknya saya lebih cocok sama orang yang lebih tua, lebih ingin punya pasangan dengan figur yang dewasa dan mengayomi. maka putuslah kami.

2. mantan nomer 2 => otoriter. dia ini figur yang dominan (sangat) dan pushy. memang ada hal2 lain yang bikin tertarik sama dia, tapi belakangan menyadari kalau saya ingin punya pasangan yang bisa menerima pendapat saya, dan nggak hanya harus selalu mengikuti kemauan dia. so we’re broke up in 14th of February tahun 2011

3. mantan nomer 3 => menyerahkan semua ke saya. maksudnya dia ngikutin apa yang saya mau. seneng sih, tapi belakangan sadar kalau saya juga ingin diarahkan, bukan hanya diikutin semua keinginannya. karena banyak hal lain juga, akhirnya putus.

 

sampailah saya ketemu dengan yang sekarang jadi suami. dengan umur yang lebih tua, lebih dewasa, bisa mengarahkan saya ke yang lebih baik dan kadang2 bisa juga nurutin mau saya. see? jodoh itu pasti dikasi yang sesuai dengan kebutuhan kita. saya sadar kalau saya orang yang manja dan kekanakan, makanya butuh figur yang lebih dewasa. saya juga kadang labil dalam mengambil keputusan, makanya Tuhan pertemukan saya dengan orang yang tegas dan bisa mengarahkan. jadi kesimpulannya, dalam setiap peristiwa putus pasti ada pelajaran yang bisa diambil.

 

jadi jangan terlalu sedih2 yah kalo abis putus. cepetlah move on dan ambil pelajaran yang baik dari situ, pasti Tuhan pertemukan kamu dengan jodoh yang terbaik

🙂