Cerita ISOMAN ku

Hello, hari ini aku masuk ke isolasi mandiri hari ke 6. Iya, tanggal 2 Februari 2022 (pas tanggal cantik) Antigen ku + lalu langsung PCR dan besokannya hasilnya keluar + COVID-19 juga. Nggak pernah kebayang sih akan ngalamin. Ya siapa juga yang mau ngalamin sakit ya kan? Tapi ya apapun itu harus tetap dijalani, karena life must go on, right?

Selama isolasi ini aku sendirian di kamar dan minim melakukan pekerjaan. Ya namanya juga lagi sakit, badannya pasti minta istirahat kan. Otak nya juga istirahat dari segala persoalan sehari-hari yang biasanya aku ributin tiap hari. Nggak ada lagi sibuk beres2 rumah sebelum pagi berangkat kerja, nggak lagi ngasih makanan peliharaan2 di rumah. Intinya seharian itu Cuma di kamar, tiduran, keluar kamar kalau mau ke kamar mandi atau ngambil makanan. Jadi aktifitas yang biasanya banyak jadi berkurang. Yang tadinya bisa ngapain aja, sekarang jadi nggak bisa apa2.

Ini yang seringkali bikin manusia merasa jatuh, lemah, tidak berdaya. Kok dari yang semuanya bisa dilakukan secara mandiri, eh sekarang mau makan aja harus ada bantuan orang lain yang nganterin makanannya. Jadi harus bergantung sama orang lain Karena kita sendiri nggak bisa keluar kamar. Mau bebas ketemu orang yang disayang juga nggak bisa, hanya bisa via dunia virtual. Kalau di track back lagi aku pernah merasakan juga fase ‘nggak bisa ngapa2in’ ini tahun 2021, waktu sedang program IVF dan keguguran. Waktu itu lebih2 lagi aku nggak bisa ngapa2innya. Semua dibantuin sama Mama atau Suami.

Apa akibatnya? Aku merasa sebagai orang yang lemah dan nggak berguna. Kekuatanku yg selama ini ada, hilang. Sedih. Terpukul. Kesal. Merasa kenapa tubuhku nggak sekuat orang lain. Dengan pikiran2 seperti ini aku bukan hanya merusak tubuhku sendiri tapi juga merusak pikiranku. Kalau sudah masuk ke pikiran, respon tubuh untuk sembuh juga semakin lambat. Kalau dibiarkan lama2 yaah jadinya nggak sembuh2 deh. Bersyukur dalam hidup ini ada banyak sekali pertolongan Tuhan yang aku rasakan lewat dukungan moral dari keluarga, teman, sahabat, kerabat, juga dari Gereja. Banyak kata2 penghiburan dan semangat yang diberikan buat aku supaya bisa cepat pulih dan bangkit lagi.

Tubuh manusia ini, aku percaya sudah diberikan kemampuan dari Tuhan untuk bisa menyembuhkan dirinya. Mungkin butuh tambahan obat dan istirahat juga. Tapi aku percaya tubuh ini bisa pulih sesuai kehendak Tuhan. Sebelum tubuhnya pulih, tentu pikirannya juga harus pulih dulu. Berpikirlah bahwa ini adalah sebuah episode. Bukan hal yang permanen. Berpikirlah juga tentang semua mimpi2 dan karya2 yang akan kamu hasilkan setelah episode ini. Kamu pasti akan jadi lebih dewasa menanggapi persoalan hidup setelah berhasil melewati ini semua. Jangan pernah lupakan bahwa kamu nggak pernah sendiri. Ada Tuhan. Pertolongannya nyata ada di sekelilingmu.