Sebuah Permulaan dari Hidup yang Tidak Biasa


Baru tepat seminggu lalu aku kehilangan janinku. Rasa sedih sudah perlahan-lahan hilang digantikan rasa sepi. Saat ini yang masih sulit dilakukan adalah mengubah lagi kebiasaan-kebiasaan yang sudah berlangsung 2 bulan ke belakang. Minum obat 3×1 hari di jam tertentu. Berdiri atau jalan pelan-pelan. Kalau dari posisi tidur tidak boleh langsung bangun, harus pelan-pelan. Tidak makan makanan yang mentah atau setengah matang. Minum susu setiap hari. Sekarang, semuanya sudah boleh lagi dilakukan. Sudah bebas lagi. Tapi di hati kecil ini masih ada sesuatu yang mengganjal rupanya. Masih teringat dengan janin yang pernah ada 2 bulan dalam rahimku. Sebentar lagi juga Mama, yang selama ini menjaga aku di rumah, sudah harus kembali ke rumahnya sesaat nanti waktu aku sudah benar2 pulih kesehatannya dan kembali lagi bekerja.

Kemarin aku membuat rencana hidup tahun 2022. Jujur saja kejadian ini membuat rencana hidup berputar 180 derajat. Akhirnya ada Langkah-langkah  berani yang harus aku ambil untuk masa depan yang lebih baik. Selama ini mau ambil Langkah rasanya takut. Kalau gagal bagaimana. Kalau aku tidak mampu bagaimana. Hey, wake up! Hidup cuma sekali dan aku nggak mau hidup ini dijalani dengan begitu-begitu saja. Tuhan bisa membuat semua berbalik jika Ia berkehendak. Dan sepenuhnya kehidupanku ini milikNya. Kalau Ia mau aku bertindak saat ini, maka ini adalah saatnya aku bertindak. Rencanaku bukan rencana Tuhan. Tapi aku terus berdoa bahwa yang akan kulakukan mulai saat ini biarlah itu seturut kehendak Tuhan saja.

Aku merasa selalu hidup biasa-biasa saja. Standar. Sampai saat ini aku tersadar Tuhan kasih aku pengalaman hidup yg luar biasa. Tidak semua orang “standar” bisa ngalamin seperti apa yang sudah aku alami saat ini. Mungkin ini maksud Tuhan untuk membuat hidupku luar biasa, nggak biasa-biasa lagi. Tuhan kasih aku keterampilan menulis yang lumayan baik, jadi pengalaman ini akan aku tuliskan supaya bisa menjadi berkat buat orang lain.

Sampa jumpa di post berikutnya!

Dian Kristian Hutagalung

Leave a comment