Cerita ISOMAN ku

Hello, hari ini aku masuk ke isolasi mandiri hari ke 6. Iya, tanggal 2 Februari 2022 (pas tanggal cantik) Antigen ku + lalu langsung PCR dan besokannya hasilnya keluar + COVID-19 juga. Nggak pernah kebayang sih akan ngalamin. Ya siapa juga yang mau ngalamin sakit ya kan? Tapi ya apapun itu harus tetap dijalani, karena life must go on, right?

Selama isolasi ini aku sendirian di kamar dan minim melakukan pekerjaan. Ya namanya juga lagi sakit, badannya pasti minta istirahat kan. Otak nya juga istirahat dari segala persoalan sehari-hari yang biasanya aku ributin tiap hari. Nggak ada lagi sibuk beres2 rumah sebelum pagi berangkat kerja, nggak lagi ngasih makanan peliharaan2 di rumah. Intinya seharian itu Cuma di kamar, tiduran, keluar kamar kalau mau ke kamar mandi atau ngambil makanan. Jadi aktifitas yang biasanya banyak jadi berkurang. Yang tadinya bisa ngapain aja, sekarang jadi nggak bisa apa2.

Ini yang seringkali bikin manusia merasa jatuh, lemah, tidak berdaya. Kok dari yang semuanya bisa dilakukan secara mandiri, eh sekarang mau makan aja harus ada bantuan orang lain yang nganterin makanannya. Jadi harus bergantung sama orang lain Karena kita sendiri nggak bisa keluar kamar. Mau bebas ketemu orang yang disayang juga nggak bisa, hanya bisa via dunia virtual. Kalau di track back lagi aku pernah merasakan juga fase ‘nggak bisa ngapa2in’ ini tahun 2021, waktu sedang program IVF dan keguguran. Waktu itu lebih2 lagi aku nggak bisa ngapa2innya. Semua dibantuin sama Mama atau Suami.

Apa akibatnya? Aku merasa sebagai orang yang lemah dan nggak berguna. Kekuatanku yg selama ini ada, hilang. Sedih. Terpukul. Kesal. Merasa kenapa tubuhku nggak sekuat orang lain. Dengan pikiran2 seperti ini aku bukan hanya merusak tubuhku sendiri tapi juga merusak pikiranku. Kalau sudah masuk ke pikiran, respon tubuh untuk sembuh juga semakin lambat. Kalau dibiarkan lama2 yaah jadinya nggak sembuh2 deh. Bersyukur dalam hidup ini ada banyak sekali pertolongan Tuhan yang aku rasakan lewat dukungan moral dari keluarga, teman, sahabat, kerabat, juga dari Gereja. Banyak kata2 penghiburan dan semangat yang diberikan buat aku supaya bisa cepat pulih dan bangkit lagi.

Tubuh manusia ini, aku percaya sudah diberikan kemampuan dari Tuhan untuk bisa menyembuhkan dirinya. Mungkin butuh tambahan obat dan istirahat juga. Tapi aku percaya tubuh ini bisa pulih sesuai kehendak Tuhan. Sebelum tubuhnya pulih, tentu pikirannya juga harus pulih dulu. Berpikirlah bahwa ini adalah sebuah episode. Bukan hal yang permanen. Berpikirlah juga tentang semua mimpi2 dan karya2 yang akan kamu hasilkan setelah episode ini. Kamu pasti akan jadi lebih dewasa menanggapi persoalan hidup setelah berhasil melewati ini semua. Jangan pernah lupakan bahwa kamu nggak pernah sendiri. Ada Tuhan. Pertolongannya nyata ada di sekelilingmu.

Program Hamil: Stimulasi IVF, Suntik, OPU

Juni 2021

Bulan ini mulai yang Namanya stimulasi IVF. Jadi aku akan disuntikkan obat-obat yang membuat telur-telurku banyak dan besar-besar. Suntikan pertama mulainya di hari ke 2 mens, tepat dengan hari ulangtahunku yang ke 34 tahun. Suntikannya setiap hari jam 9 malam, dosisnya beda2 tergantung pemeriksaan dokter. Jadi sepanjang waktu ini aku ada beberapa kali kunjungan ke dokter untuk cek ukuran telurnya, kalau belum sesuai bisa ditambahkan dosis suntikannya. Intinya di masa-masa ini penuh dengan suntikan dan pulang pergi ke dokter. Suntikanku awalnya di perut, 3 jari dibawah pusar. Tapi seiring berjalannya waktu suntikannya dipindah ke bawah lengan. Bisa lengan kiri atau kanan, ganti-ganti aja. Aku disuntik dari hari ke 2 mens sampai hari ke 12. Hari ke 13 malam suntik pemecah telur yang Namanya Ovidrel. Bentuknya lucu kayak pen gitu. Habis disuntik ini malem, 36 jam kemudian baru mulai prosedur yang Namanya OPU (Ovum Pick Up).

Oiya, sebelum prosedur OPU ada hal-hal yang harus dilakukan yaitu PCR (2x di RS yang berbeda), ada cek darah lengkap lagi, juga ada foto thorax. Disini sempet ada kekecewaan sih aku karena pas foto thorax itu aku ada bayangan di paru-paru. Itu bekas luka aku waktu kena TBC tahun 2010. Tapi dokter tetap curiga dan nyuruh aku konsul ke dokter paru lagi untuk mastiin kalo itu bukan COVID. Padahal ya udah di PCR 2x (yang harganya saat itu sekali  PCR bisa 700an ribu), ini masih harus ketemu dokter paru pula. Yaudahlah pasrah aja ikutin alurnya. Tadinya aku pikir H-1 OPU aku bisa tenang dan santai-santai mempersiapkan diri gitu ya di rumah eh ternyata masih harus ke RS. Pas dicek dokter paru aku gapapa, baru deh malemnya tenang. Oiya malam ini aku puasa ga makan ga minum dari jam 12 malam.

Pagi saat prosedur OPU aku datang ke klinik jam 8 pagi. Langsung masuk ruang observasi sendiri karena pak suami harus ambil sperma juga saat itu. Aku dijelasin apa yang akan dilakukan nanti sama asisten dokter anastesi. Terus aku dipasang infus. Oya, pas OPU ini aku dibius total. Jadi ini pertama kalinya aku ngerasain dibius tuh gimana rasanya. Abis dijelasin, aku ke ruang operasi sendiri bareng perawat. Disitu ketemu dokter anastesi. Nanyain udah pernah dibius belum? Aku bilang belum. Terus aku disuruh berdoa juga sama dokternya. Eh, tiba2 dimasukin dimasukkin obat ke infusannya terus hilang aja aku. Pas sadar udah di ruang observasi. Yang pertama aku lihat ada pak suami sama Mama. Tapi aku masih ngantuk rasanya. Sama haus banget. Akhirnya boleh minum juga. Sejam aku tiduran dulu di ruang observasi sambal belajar gerak-gerak dikit. Abis itu ganti baju, ke kamar mandi, baru boleh pulang. Dapet info dari suster kalau telurnya berhasil diambil ada 20. Puji Tuhan! Sebelum pulang ada dapat obat lagi dan harus istirahat.

Setelah OPU rasanya perut kembung dan jadi sering kentut. Awalnya biasa aja tapi lama2 kok jadi sakit perutnya. Akhirnya google-ing dan nemuin kalau abis OPU itu harus makan banyak protein. Akhirnya aku minum susu Peptisol (susu tinggi protein) sama putih telur ayam kampung 1 hari 6 butir. Pas makan dan minum ini bener-bener hilang rasa sakit dan kembungnya. Fiuh..

3 hari setelah OPU, aku dan pak suami meeting zoom dengan dokter Embryologi. Jadi mau kasih lihat kita perkembangan embryo kita gimana. Ternyata ada 3 yang berkembang baik. Jadi 3 embryo ini dibekukan di hari ke 3. Nah lalu di hari ke 5, meeting zoom lagi sama dokter ada 3 embryo lagi yang berkembang sampai ke tahap Blastocyst. 3 embryo ini dibekukan di hari ke 5. Jadi total kami punya 6 embryo yang dibekukan.

Nah, sewaktu terakhir cek USG Transvaginal dokter Obgyn sudah info kalau kami nggak bisa langsung Embryo Transfer karena dokter lihat dinding rahimnya udah warna putih atau belum siap ditempel sama embryo nya. Jadi setelah OPU ini kami harus menunggu dulu 2 kali siklus mens baru ke dokter lagi.

Juli 2021

Bulan ini bertepatan dengan kasus COVID-19 varian Delta yang merebak dimana-mana hingga akhirnya harus ada yang Namanya PPKM darurat. Bersyukur juga sama Tuhan kalau proses kami di bulan ini nggak mengharuskan visit ke klinik sering-sering. Malah visit ke kliniknya baru di bulan Agustus karena masih nunggu 2 kali siklus kan. Jadi yah.. bisa istirahat dulu dari bolak-balik ke kliniknya.

Program Hamil: Histeroskopi, Cek darah, Obat-obatan hormone

Februari 2021

Setelah menginjak usia pernikahan yang ke 6 tahun, aku dan suami memutuskan mulai program hamil lagi di suatu klinik fertilitas di Tangerang. Klinik ini baru buka di tahun 2019 dan peralatannya lumayan canggih gitu. Belum banyak orang tahu juga waktu itu. Jadi mikirnya selain karena deket rumah, coba kesini deh krn belum rame dan masih baru kliniknya. Dulu itu aku pernah program juga tahun 2017, sempat HSG dan diketahui salah satu tuba falopii ku paten. Di program yang dulu ini aku minum obat namanya Glucophage (obat untuk diabetes) dan pak suami belum pernah dicek. Nah di klinik yang sekarang ini aku dan suami sama2 dicek karena ada dokter Obgyn untuk aku dan dokter Andrologi untuk periksa pak suami.

Waktu pertama kali datang itu disuru datangnya pas mens hari ke 2. Lalu di USG Transvaginal. Dokter ngeliat ada sesuatu nih di dalem, tapi nggak keliatan jelas itu apa. Jadi dokter minta aku untuk histeroskopi di hari ke 9 mens bulan depan. Sementara di bulan ini aku minum vitamin dulu, asam folat sama vitamin D3 5000 iu.

Maret 2021

Sebelum waktu aku histeroskopi datang, aku dan pak suami ke dokter Andrologi. Ada Analisa sperma dan cek darah. Dokter bilang pak suami minum obat dulu sebulan, lalu nanti cek lagi hasilnya gimana bulan depan.

Tiba waktunya aku histeroskopi pas lagi ulangtahunnya Mama. Karena ini Tindakan medis pertama yang cukup bikin deg2an, jadi mama ikut nganterin waktu itu. Oya, 1 hari sebelum Tindakan aku swab antigen dulu. Selama masa pandemic COVID-19 ini kayanya harus swab antigen/PCR sebelum ada Tindakan medis ya.

Oke, sekarang histeroskopi itu apa dan bagaimana?

Aku datang sesuai jadwal di klinik. Lalu aku dikasih obat 2 butir parasetamol, sama ada obat yang dimasukkan lewat anus. Fungsinya supaya aku ga terlalu ngerasa sakit nantinya. Mungkin semacam painkiller ya. Lalu aku dan suami pindah ke ruangan observasi. Semacam ruangan tunggu sebelum Tindakan di ruang operasi. Deg2an berdua deh. Lalu disuruh pakai baju utk operasi gitu yang warna hijau-hijau sama penutup kepala. Masker tetap terus dipakai ya. Waktu udah siap, aku dan pak suami masuk ke ruang operasi. Aku tiduran di tempat yang disediakan. Pak suami duduk disebelahku. Di sebelah kanan aku ada monitor. Lalu supaya nggak terlalu tegang, suster pasang musik pakai youtube di ruang operasi. Langsung aku request puterin lagu Papa.

Ga berapa lama dokter datang. Jadi ada alat yang dimasukkan lewat vagina, alatnya rada serem sih kalo diliat. Ujungnya itu kamera yang nyambung ke monitor di sebelahku itu. Jadi pas dokter masukin alatnya keliatan di monitor ada apa di dalem. Aku sepanjang prosedur ga dibius ya, jadi bisa ngerasain semuanya pas alat masuk. Aku nggak mau liat dokter atau monitor. Aku liat pak suami aja hehe. Rasanya pas Tindakan itu rada mules kaya pas mens gitu sih. Kurang lebih sama rasanya kaya pas HSG dulu.

Jadi dokter lihat di dinding Rahim itu ada polip. Kaya semacam jerawat kecil2 yang nempel gitu. Nah saat itu juga polipnya dibersihin sama dokter. Kalo pak suami bilang di monitor itu kaya digunting2 gitu polipnya. Oya, sebelum alatnya masuk, kita harus rileks ya. Kalo nggak rileks, bisa nggak masuk alatnya. Itu kejadian di aku dan sempet panik juga. Akhirnya disemangatin pak suami “ayo kamu bisa” akhirnya bisa juga prosedurnya dilaksanakan sampai selesai. Abis Tindakan disuruh pakai pembalut karena biasanya ada darah yang keluar.

Sehabis keluar dari ruang operasi langsung ketemu Mama yang nungguin. Lega banget 1 hal bisa dilewati hari itu. Lalu nunggu sebentar baru masuk ke ruangan dokter dijelasin tentang si polip. Jadi polip ini asalnya dari hormone. Penyumbang terbesarnya adalah makanan. Tau ga apa? Ayam broiler. Langsung menohok banget itu buat aku karena aku selalu makan ayaaaammmm dari dulu sampe sekarang huhu. Akhirnya aku dapat obat antibiotic gitu terus disuruh pulang. Mulai dari sini aku nggak makan ayam broiler lagi. Kalau mau makan ayam harus cari ayam kampung.  Hiks.. bye bye ayam..

Oiya apa perlunya histeroskopi? Jadi dokter bilang kan Rahim ini tempat/rumahnya baby nanti. Jadi rumahnya harus bersih dan siap dulu baru kita putusin mau program apa yang akan dilakukan. Dokter Obgyn dan dokter Andrologi dalam hal ini saling koordinasi satu sama lain. Jadi saat ini aku dan pak suami sama2 melakukan perbaikan dulu di masing-masing, baru bisa jalan program entah itu IVF (Bayi Tabung), IUI (Inseminasi, atau sistem kalender.

April 2021

Bulan ini cek pak suami lagi setelah 1 bulan minum obat. Hasilnya ada peningkatan, tapi kata dokter belum cukup. Jadi ada dosis obat yang dinaikkan untuk diminum sebulan lagi. Kalau aku di bulan ini ada cek darah. Ada 3 jenis hormone yang dicek: Prolaktin, Thyroid-stimulating hormone (TSHs), sama Anti-Mullerian Hormone (AMH). Nah si AMH ini nih yang nentuin dosis obat yang akan disuntikkin ke aku pas stimulasi IVF nanti.

Oya bulan ini juga diputuskan kalau aku dan pak suami akan ikut program IVF (Bayi Tabung). Selain karena rekomendasi dokter (persentasenya paling tinggi untuk berhasil dibanding IUI dalam kasus kami), juga karena faktor usia. Aku dan pak suami merasa sudah tidak muda lagi dan kami memutuskan ini yang akan kami jalani.

Mei 2021

Bulan ini hitungannya sudah 1 bulan sebelum stimulasi IVFku. Jadi yang dilakukan bulan ini kebanyakan cek darah (lagi). Isinya ada screening virus, lab darah lengkap, lab hormone (FSH, LH, Estradiol), gula darah sewaktu. Di bulan ini dokter Andrologi nya pak suami bilang sudah oke dan sudah siap untuk IVF bulan depan. Obatnya juga masih diminum sampai bulan depan.

Sebuah Permulaan dari Hidup yang Tidak Biasa

Baru tepat seminggu lalu aku kehilangan janinku. Rasa sedih sudah perlahan-lahan hilang digantikan rasa sepi. Saat ini yang masih sulit dilakukan adalah mengubah lagi kebiasaan-kebiasaan yang sudah berlangsung 2 bulan ke belakang. Minum obat 3×1 hari di jam tertentu. Berdiri atau jalan pelan-pelan. Kalau dari posisi tidur tidak boleh langsung bangun, harus pelan-pelan. Tidak makan makanan yang mentah atau setengah matang. Minum susu setiap hari. Sekarang, semuanya sudah boleh lagi dilakukan. Sudah bebas lagi. Tapi di hati kecil ini masih ada sesuatu yang mengganjal rupanya. Masih teringat dengan janin yang pernah ada 2 bulan dalam rahimku. Sebentar lagi juga Mama, yang selama ini menjaga aku di rumah, sudah harus kembali ke rumahnya sesaat nanti waktu aku sudah benar2 pulih kesehatannya dan kembali lagi bekerja.

Kemarin aku membuat rencana hidup tahun 2022. Jujur saja kejadian ini membuat rencana hidup berputar 180 derajat. Akhirnya ada Langkah-langkah  berani yang harus aku ambil untuk masa depan yang lebih baik. Selama ini mau ambil Langkah rasanya takut. Kalau gagal bagaimana. Kalau aku tidak mampu bagaimana. Hey, wake up! Hidup cuma sekali dan aku nggak mau hidup ini dijalani dengan begitu-begitu saja. Tuhan bisa membuat semua berbalik jika Ia berkehendak. Dan sepenuhnya kehidupanku ini milikNya. Kalau Ia mau aku bertindak saat ini, maka ini adalah saatnya aku bertindak. Rencanaku bukan rencana Tuhan. Tapi aku terus berdoa bahwa yang akan kulakukan mulai saat ini biarlah itu seturut kehendak Tuhan saja.

Aku merasa selalu hidup biasa-biasa saja. Standar. Sampai saat ini aku tersadar Tuhan kasih aku pengalaman hidup yg luar biasa. Tidak semua orang “standar” bisa ngalamin seperti apa yang sudah aku alami saat ini. Mungkin ini maksud Tuhan untuk membuat hidupku luar biasa, nggak biasa-biasa lagi. Tuhan kasih aku keterampilan menulis yang lumayan baik, jadi pengalaman ini akan aku tuliskan supaya bisa menjadi berkat buat orang lain.

Sampa jumpa di post berikutnya!

Dian Kristian Hutagalung

Another rant..

Well hello.

I decide to rant here in this post. Everybody told me to not getting stressed out due to this IVF Journey but hell yeah stressor was everywhere. Also, your biggest stressor often came from your closest person. How could I not stress seeing, hearing or getting bad vibes every day. Ok, maybe I was exaggerated, but often times I felt like you don’t even try to help me not stressed out every day. Blame me on things I didn’t do. Not even asked about my day today. I felt so alone and walked alone on this journey. I know maybe you were mad about something, but please don’t put your blame in me. I can not make everything goes well in the world every day. I am just a human being.

Do you understand how I feel? I could not tell anybody about this struggle. Not my family, not my closest friend. I always tried to keep everything for myself when it comes about you. Your temper, your words, your habit. I don’t want anyone to know. In the meantime, I also need time to accept the reality that my body didn’t respond well enough with all the medication, so I need more medical intervention. More injection, more money will be spent. I just don’t know how to react about all of this. There was no way back… I must go through with everything that already happen.

God, please help me get through this. It is really a hard journey for me. I just can pray that these countless tears would bring joy later in my life…

-written from my desk at office

Thought about my IVF Journey

Well, hello again.

Hari ini masuk hari ke 6 stimulasi IVF ku dan sejauh ini sudah 5 hari disuntik. Sebenernya belom pengen nulis soal pengalaman IVF ku karena masih dijalanin tapi pengen berbagi tentang pemikiran2 yang muncul belakangan ini. IVF is a privilege. Dan hanya Tuhan yang tahu kenapa privilege nya dikasi ke aku dan suami. Sejujurnya kalau mau dibilang, perjuangan ini sungguh berat. Secara biaya, waktu, Kesehatan baik fisik maupun mental. Aku juga nggak akan bisa ngelewatin ini sendirian. That’s why I turn to God. Aku percaya bahwa hanya dengan kekuatan dari Tuhan aku bisa melewati semua ini. Kadang aku berpikir dan merasa duh, nggak enak banget ini rasanya disuntik2 tiap hari, makan obat ini itu. Belum lagi efek ke badan kadang  bikin mual juga. Tapi kemarin aku lihat cerita2 pasangan lain yang masih muda udah punya kasus fertilitas yang lebih parah.. kelainan fisik, kadar hormon yang kurang, menopause dini, dsb, yang bahkan nggak bisa ngejalanin IVF karena nggak ada kemungkinan berhasilnya.

Aku paham sepenuhnya kalau anak itu pemberian yang Maha Kuasa. Mau pakai prosedur medis yang paling canggih sekalipun nggak bisa 100% meyakinkan kalau sebuah program hamil akan berhasil. Aku disini hanya manusia yang berusaha. Selebihnya Tuhan yang berikan hasil yang terbaik sesuai kehendakNya.

Untuk para orangtua yang diberikan keturunan dengan mudah oleh Tuhan, bersyukurlah. Jaga dan rawat baik2 pemberian Tuhan itu. Untuk para pasangan yang masih menanti, tetap beryukur juga. Tuhan akan terus sertai kalian dalam perjalanan promil ini. Untuk sesama pasangan pejuang IVF, just be there for each other. Apapun hasilnya, suami dan istri adalah team yang harus saling dukung whatever the circumstances. Khusus untuk para suami para pejuang IVF, aku mau ingetin, dalam proses IVF, istri adalah yang paling banyak mengalami intervensi medis. Disuntik, dikasih obat, dimasukkan berbagai alat. Obat2an pasti ada pengaruhnya ke badan, apalagi obat hormon. Istri juga yang nanti akan naik ke meja operasi untuk diambil sel telurnya. Semua ini dilakukan oleh seorang istri karena cinta adalah pengorbanan. Jadi ingatlah di masa depan nanti jika suami mau menyakiti istri bahkan dengan omongan saja, ingat apa yang sudah dilakukannya demi kamu dan anak kalian.

Huff.. mungkin ini pengaruh obat ya jadi mellow gini.

See you on the next post..

Cewek Kok Baperan?

Hello!

Cewek2 disini, pernah ga sih dituduh baper? Misalnya gini: cewek kelupaan bawa charger handphone nya hari ini, hasilnya handphone mati dan nggak bisa bersos-med dengan bebas. Trus dia ketemuan deh sama cowoknya. Si cewek yang udah bete seharian ini pun cerita ke si cowok, “hari ini aku ketinggalan charger, HP mati, sebel deh”. Kemudian apa respon cowoknya?

“Kamu sih, lupaan banget. Udah sering juga kan kejadian kayak gitu. Waktu itu aku minta tolong bawain sepatuku yang ketinggalan juga lupa. Harusnya kamu tuh taruh barang lebih hati2 dan deket2 sama yang kamu lihat tiap hari biar nggak kelupaan. Masa harus aku yang ingetin terus sih. Aku bukannya marah, tapi coba diubah lah kebiasaan kamu itu.”

Hasilnya apa? Sepanjang pertemuan ceweknya diem aja. Akhirnya pulang dan nangis sendiri. Si cowok kemudian mikir, “kok cewek gue baper banget sih? Dibilangin gitu aja udah bete dan nangis. Padahal kan itu untuk kepentingan dia juga”.

Yuk kita bahas satu persatu respon si cowok yang membuat ceweknya bete.

  1. Kamu sih, lupaan banget

Cewek lagi bete. Ketemu cowoknya pengen cerita untuk ngelepasin bebannya. Berharap dapat kelegaan abis cerita eh malah di judge. Kebiasaan kita saat ada orang yang datang ke kita untuk cerita adalah mencarikan solusi segera untuk dia. Padahal belum tentu dia mau minta solusi sama kita. Bisa jadi dia Cuma pengen cerita, seperti kasus diatas. Jadi jangan terlalu cepat menghakimi seseorang bahwa ia salah. Bahwa memang sudah kebiasaan dan sifatnya seperti itu. Bahwa memang kesalahan ada padanya seorang. Coba untuk peka dan dengarkan dulu permasalahannya sampai akhir. Hindari terlalu cepat mengambil kesimpulan dan mengatakannya di depan. Learn to be a good listener.

  • Udah sering kejadian kayak gitu, waktu itu …

Kalimat ini menandakan si cowok mengungkit kesalahan ceweknya di masa lalu. Mungkin si cewek udah pernah minta maaf soal yang lalu ini, tapi kok dibawa2 lagi? Apakah cowoknya belum memaafkan sepenuhnya? Aku kasih tahu ya, cewek itu mikirnya panjaaanggggg banget. Dia bisa mikir kamu belum maafin dia dan mikir kamu nggak tulus sama dia, hanya karena kamu ngomong kalimat seperti ini. Jadi tolong, tetap pada permasalahan yang ada di depan mata sekarang aja. Jangan ungkit2 yang udah berlalu.

  • Harusnya kamu tuh…

Ini termasuk dari bagian memberi solusi di poin 1. Jangan memberi solusi sebelum diminta, karena bisa jadi, si cewek nggak butuh solusi saat itu. Mungkin dia butuh solusi, tapi nanti setelah perasaannya sudah netral lagi. Kadang kalau lagi banyak emosi negatif, mau dikasih solusi segudang juga nggak pengaruh apa2. Nggak akan dilakukan juga itu solusinya. Jadi lebih baik tunggu emosi negatifnya pergi dulu baru cari solusi terbaik.

  • Aku bukannya marah, tapi coba kamu ubah…

Meskipun bilangnya nggak marah, nggak pake nada tinggi, tapi dibilang gini cewek akan tetep menganggap kamu menyebalkan. Intinya, kamu bukan bikin mood si cewek lebih baik, tapi malah jadi lebih buruk. Nambah2in emosi negatif aja gitu. Dan kalimat terakhir ini menegaskan kalau ini salah si cewek dan si cewek harus melakukan ini itu supaya jadi lebih baik. Rasanya kayak mau meledak deh itu, kalo bisa nangis2 deh. Bukan cengeng ya, tapi emosi kan perlu dilepaskan juga.

               Jadiii, cewek itu bukan baperan, tapi emang mikirnya Panjang aja dan kadang kalo lagi ketumpuk gitu emosi negatifnya nggak bisa ngomong banyak. Jadi pelepasannya ya nangis deh. Kadang kalo sama2 ngomong sama cowoknya malah jadi berantem, jadi cewek memilih diam dan nangis.

               Ada yang pernah? Cerita2 yaa.. 😊

Komunikasi itu penting?

Hello semuanya. Rasanya udah lama sekali blog ini udah tak berpenghuni ya. Begitulah hidup, suka nggak konsisten hehe. Jadi di blog ini dulu tuh aku suka nulis hal2 yang lagi terjadi dalam hidupku. Kebanyakan masalah relationship gitu deh. Kata google, orang2 paling banyak dateng ke blog ini karena tulisanku soal menghadapi pacar cuek. It was a long time ago. Hari ini, hidupku udah jauh berbeda. Ujian hidupnya juga udah naik level dong. Dulu paling masalah yg paling berat waktu pacar ngambek ga ngehubungin seharian. Kalo sekarang? Waw. Makin macem2 deh problemnya. Permasalahan rumah tangga itu super kompleks, guys. Jauuuuuuuuuhhhh banget dari masa pacaran. Jadi adik2 yang mau nikah, siapkan dirimu ya. Secara mental. Meskipun udah pacaran 10 tahun pun,  kalo udah nikah pasti ada aja deh sifat pasangan yang belum kamu ketahui sebelumnya. So, disini aku mau ngebahas tentang salah satu problem dalam rumah tangga. KOMUNIKASI.

Kalau di buku2 populer tentang relationship atau di percakapan orang2 pada umumnya kalau ditanya tentang apa yang paling penting ada dalam sebuah hubungan, pasti jawaban standarnya  komunikasi. Menurut kamu kenapa komunikasi itu penting?

  1. Kita dan pasangan adalah 2 orang yang berbeda.

Yup. Perbedaan upbringing kita dengan pasangan menghasilkan perbedaan diantara kita. Toh siblings yang notabene nya dibesarkan oleh orangtua yang sama aja pasti ada juga perbedaannya. Maksud perbedaan disini itu perbedaan cara pandang kita terhadap sesuatu, cara kita bertindak dan cara menyelesaikan masalah ya. Bukan perbedaan sifat atau karakter.

Contoh: aku orang yang cenderung diam kalau sedang marah. Aku berpikir lebih baik diam daripada ngeluarin kata2 yang nanti akan aku sesali setelahnya. Karena  aku tau orang kalau lagi marah itu kadang bertindak dan berkata2 diluar kendali. Lalu pasangan orangnya lebih ke yang keluarin aja apa yang ada sekarang. Mau ada akibatnya setelah itu urusan belakangan. Yang penting keluarin kenyataannya sekarang meskipun menyakitkan. Perbedaan seperti ini yang membuat kita perlu komunikasi yang baik. Take time untuk calm down dan kemudian mulai berbicara untuk problem solving.

  • Ekspektasi VS Realita.

Kita masing2 punya ekspektasi terhadap pasangan setelah menikah. Misalnya suami punya ekspektasi istrinya bisa masakin setiap hari. Sementara istri kadang ada pekerjaan yang membuat ga sempet masak2 jadinya pesen makanan aja. Kita pastinya berharap kalau pasangan kita bisa memenuhi ekspektasi kita. Tapi kita ini kan masih manusia ya, jadi nggak ada yang sempurna. Belum tentu pasangan bisa memenuhi setiap ekspektasi kita dan apa yang kita lakukan kalau begitu? Lalu tanyakan juga pada diri sendiri, apakah kita sudah memenuhi semua ekspektasi pasangan kita? Disini pentingnya untuk mengkomunikasikan ekspektasi kita dengan pasangan. Jadi kita bisa lebih ngerti pasangan maunya apa, dan juga sebaliknya.

There’s always a first time on everything. Cobalah untuk mulai berkomunikasi dengan lebih baik dengan pasangan. Tinggalkan mindset “setelah nikah dia akan berubah” karena sangat kecil kemungkinannya hehe. Kita tidak ingin mengubah pasangan kita jadi orang lain kok. Kita hanya ingin dia tau apa yang kita mau dari dia, dan sebaliknya kita juga tau apa yang dia mau dari kita. Kita akan tetap mencintai orang yang sama, but with better communication. Setuju?

Welcome (again)!

Hi 2020!

Been out of this blog for… 5 or more years? World’s evolved, trend’s rotate, and here come COVID-19. My life was also move around and now is the right time to just sit and do what I do best. WRITE. I had to admit, #Corona makes me think outside my comfort zone. It let me to try new things while #stayathome or #workfromhome. I started to paint, draw, do journal, cook (more), do declutter, film videos, and so on.

So, I recently just bought new computer. After more than 9 years living without it since graduated from college. Now I feel obligated to do more writing on this blog because why not? I remember when I was having my old computer, I do a lot of writing and get a lot of response. Deep in my heart I kind of having the same passion right now as I had earlier, to write about human relationships. Also share my thoughts on it to help others.

I hope, I could do more to others through this blog.

God bless!

 

Suatu sore di bulan September

Aku menulis ini saat sedang duduk di sebuah taman. Sebenarnya bukan taman, tapi lebih ke tempat terbuka dimana orang2 pulang kerja bisa sekedar duduk, mengobrol, merokok, atau seperti aku ini, menunggu jemputanmu. Aku tahu kamu masih agak jauh, jadi aku rasa aku sempat untuk menulis sebentar, sembari ditemani semilir angin.

Aku memandang sekeliling. Sebuah pikiran menghampiri. Kapan terakhir kali aku duduk2 di taman seperti ini dengan seorang lawan bicara? Kebanyakan waktu menungguku saat ini hanya ditemani handphone. Rasanya sudah lama sekali tidak duduk dan mengobrol. Hanya menikmati suasana dan perbincangan yang berlangsung. Tiba2 teringat, dulu waktu aku masih ada di pertengahan usia 20 tahunan, aku pernah berada di posisi seperti orang yg kulihat disini. Pulang kerja, duduk di taman,mengobrol, berharap tahu akan masa depan. Ya.. Teman bicaraku saat itu memang bukan kamu, tapi aku bersyukur pernah ada di momen seperti itu. Pernah berpikir akan seperti apa masa depan itu. Masa depan yang ternyata akan aku habiskan dengan kamu.

Setiap kejadian yang Tuhan ijinkan terjadi dalam hidupku itu membentuk aku menjadi seperti sekarang ini. Bukan perkara mudah. Bukan waktu yang sebentar. Tapi semua ada tujuannya. Dulu sebelum kenal kamu, aku menerka2 apa yang akan terjadi dalam hidupku di masa depan. Akankah aku menemukan kamu nantinya dan hidup bahagia selamanya?

Aku tidak pernah menyesal akan masa lalu. Semuanya berguna untuk mendewasakanku. Semua kekalahan, kegagalan, air mata, semuanya. Hingga akhirnya saat ini aku bisa berdiri dan menatap masa lalu sambil bilang “akhirnya aku tahu, kenapa aku harus mengalami semuanya dulu”. Kenapa aku harus merasakan sakitnya ditinggalkan, tidak diterima, gagal saat sudah di ujung perjuangan, diremehkan dan semuanya. Akhirnya aku tahu..

Sekarang, bukan berarti aku bisa sombong menghadapi hidup, karena toh masih ada hal2 yang masih kabur di masa depanku. Tapi paling tidak, aku sudah punya pegangan saat ini, bahwa Tuhan menjaga dan menemani langkahku dalam setiap perjalanan hidup, sehingga aku tak perlu lagi kuatir akan masa depan. Bukan berarti juga aku sudah mencapai semua tujuanku dalam hidup ini. Tapi paling tidak aku sudah menjadi aku versi paling baru saat ini. Aku yg sudah paling update!

Hidup ini hanya sekali, katanya.

Memang hanya sekali. Maka harus dipergunakan dengan baik. Karena tidak ada lain kali lagi.

18 September 2019,

Taman UBM Tower, Alam Sutera